Penerapan ESG di Indonesia: Pengelolaan Scope 3 di Proyek Infrastruktur

esg di indonesia

Proyek infrastruktur di Indonesia, terutama yang berskala besar seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan, sering kali memberikan dampak besar pada lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi setiap perusahaan konstruksi untuk mengadopsi konsep ESG (Environmental, Social, and Governance) dalam proses pengadaan dan operasional mereka. ESG bukan hanya tren, melainkan kebutuhan yang semakin mendesak untuk memastikan keberlanjutan proyek dan pemenuhan standar global. Salah satu aspek kritis dalam penerapan ESG di Indonesia pada proyek infrastruktur adalah pengelolaan scope 3 emissions, yang mencakup emisi tidak langsung dari rantai pasokan.

Dengan mengelola scope 3 emissions secara efektif, perusahaan dapat mengurangi jejak karbon proyek dan memperkuat komitmen mereka terhadap keberlanjutan. Artikel ini akan membahas penerapan ESG di Indonesia, pentingnya scope 3 emissions, serta contoh nyata bagaimana perusahaan infrastruktur di Indonesia berhasil menerapkan ESG framework dalam operasi mereka.

Apa Itu ESG Framework?

ESG framework adalah kerangka kerja yang digunakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi dampak dari aktivitas mereka terhadap tiga pilar utama: Lingkungan (Environmental), Sosial (Social), dan Tata Kelola (Governance). Pada proyek infrastruktur, ESG menjadi dasar untuk mengembangkan proyek yang ramah lingkungan, bertanggung jawab secara sosial, dan dikelola dengan baik.

Lingkungan (Environmental)

Aspek lingkungan berfokus pada pengurangan dampak negatif terhadap ekosistem, mulai dari pengurangan emisi karbon hingga efisiensi penggunaan sumber daya. Misalnya, perusahaan dapat menggunakan material seperti besi beton daur ulang atau wiremesh yang ramah lingkungan. Teknologi ramah lingkungan, seperti penggunaan sumber energi terbarukan dalam proses konstruksi, juga sangat dianjurkan.

wiremesh

Sosial (Social)

Aspek sosial memastikan bahwa perusahaan memberikan dampak positif pada masyarakat di sekitar proyek. Ini bisa berarti perlindungan terhadap hak-hak pekerja, keselamatan kerja, serta tanggung jawab perusahaan untuk mendukung masyarakat lokal yang terdampak. Misalnya, dalam proyek-proyek besar seperti pembangunan jalan tol, relokasi warga harus dilakukan secara adil dan transparan, dengan memberikan kompensasi yang layak serta pelatihan keterampilan bagi masyarakat yang terdampak.

Tata Kelola (Governance)

Tata kelola yang baik mengacu pada transparansi dan akuntabilitas dalam operasi perusahaan. Ini berarti perusahaan mengikuti regulasi, menjaga kepatuhan hukum, dan memastikan bahwa setiap keputusan diambil dengan memperhatikan etika bisnis yang baik.

Contoh Penerapan ESG

Proyek Jalan Tol Trans Jawa adalah contoh bagaimana ESG framework diterapkan. Pada proyek ini, perusahaan berusaha meminimalkan dampak lingkungan dengan penggunaan material yang lebih ramah lingkungan dan merancang jalan tol yang memungkinkan penggunaan energi terbarukan di masa depan. Selain itu, mereka juga melibatkan masyarakat lokal dalam proses konstruksi, memastikan keselamatan kerja, dan memberikan dampak sosial positif bagi daerah yang dilalui tol tersebut.

Baca Juga: Inovasi Material Konstruksi | Baja dan Beton untuk Gedung Bertingkat

Mengapa ESG Penting di Proyek Infrastruktur di Indonesia?

Penerapan ESG di Indonesia sangat penting karena proyek infrastruktur besar sering kali berdampak luas, baik terhadap lingkungan maupun masyarakat. Di negara dengan populasi besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti Indonesia, keberlanjutan adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Salah satu contoh paling nyata dari pentingnya ESG adalah dalam pengelolaan limbah konstruksi. Proyek besar seperti pembangunan jalan tol atau pelabuhan sering kali menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Tanpa penerapan ESG, limbah ini dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat sekitar. Dengan menerapkan ESG framework, perusahaan dapat meminimalkan dampak negatif ini dengan cara mendaur ulang material seperti besi beton dan wiremesh, serta mengelola limbah konstruksi dengan lebih baik.

besi beton

Selain itu, isu-isu sosial seperti relokasi warga dan dampak proyek terhadap komunitas lokal juga sering muncul dalam proyek infrastruktur. Melalui penerapan ESG, perusahaan dapat memastikan bahwa masyarakat lokal dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, diberikan pelatihan keterampilan, dan mendapatkan kompensasi yang adil jika terdampak oleh proyek.

Pengelolaan Scope 3 Emissions dalam Proyek Infrastruktur

Salah satu komponen ESG yang paling menantang untuk dikelola dalam proyek infrastruktur adalah scope 3 emissions, yaitu emisi tidak langsung yang dihasilkan oleh aktivitas pihak ketiga seperti pemasok bahan baku dan jasa transportasi. Pengelolaan scope 3 emissions sangat penting karena sering kali jumlah emisi yang dihasilkan dari rantai pasokan lebih besar dibandingkan dengan emisi langsung dari perusahaan konstruksi itu sendiri.

Langkah-langkah Pengelolaan Scope 3 Emissions:

Pemilihan Material Ramah Lingkungan

Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi scope 3 emissions adalah dengan memilih pemasok yang menyediakan material dengan emisi rendah, seperti besi beton yang diproduksi dengan energi terbarukan atau wiremesh dari bahan daur ulang. Ini membantu mengurangi jejak karbon dari proses pengadaan material.

Pengoptimalan Transportasi Material

Transportasi material dari pemasok ke lokasi proyek adalah sumber utama scope 3 emissions. Perusahaan dapat mengurangi emisi ini dengan memilih pemasok lokal yang lebih dekat dengan lokasi proyek. Selain itu, penggunaan kendaraan listrik untuk transportasi material dapat menjadi solusi jangka panjang.

Kolaborasi dengan Pemasok

Perusahaan konstruksi dapat bekerja sama dengan pemasok mereka untuk menetapkan target pengurangan emisi scope 3. Misalnya, mereka bisa mendorong pemasok untuk beralih ke energi terbarukan dalam proses produksi mereka atau melakukan audit lingkungan terhadap proses produksi pemasok untuk memastikan kepatuhan terhadap standar ESG.

Penerapan ESG di Perusahaan Konstruksi

Penerapan ESG framework di perusahaan konstruksi memberikan banyak keuntungan, tidak hanya dalam hal kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga dari sisi reputasi dan efisiensi operasional. Perusahaan yang menerapkan ESG secara konsisten akan lebih siap menghadapi tantangan regulasi yang semakin ketat terkait perubahan iklim dan keberlanjutan.

Baca Juga: Strategi Efektif Meningkatkan Produktivitas dalam Proyek Gedung Tinggi

Manfaat Penerapan ESG:

  1. Meningkatkan Reputasi Perusahaan:
    Perusahaan yang menerapkan ESG akan mendapatkan reputasi yang lebih baik di mata investor, pemerintah, dan masyarakat. Ini dapat membantu perusahaan memenangkan proyek-proyek besar, yang semakin banyak mensyaratkan indikator ESG dalam proses tender.
  2. Meningkatkan Efisiensi Operasional:
    Dengan mengelola scope 3 emissions secara efektif dan menggunakan material ramah lingkungan, perusahaan dapat mengurangi biaya operasional jangka panjang. Misalnya, penggunaan besi beton daur ulang yang memiliki umur pakai lebih lama dapat mengurangi frekuensi perbaikan infrastruktur, yang pada akhirnya menghemat biaya.
Proyek revitalisasi pelabuhan Makassar
Proyek revitalisasi pelabuhan Makassar
Sumber foto: Bisnis.com

Contohnya Pada proyek revitalisasi pelabuhan Makassar, perusahaan konstruksi bekerja sama dengan pemasok lokal untuk memastikan bahwa material yang digunakan adalah material daur ulang dengan jejak karbon rendah. Selain itu, mereka juga menggunakan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi transportasi material.

Tantangan dalam Implementasi ESG Framework di Proyek Infrastruktur

Walaupun penerapan ESG menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam hal biaya dan kurangnya kesadaran di antara para pekerja.

  1. Biaya Implementasi yang Tinggi:
    Penggunaan teknologi ramah lingkungan dan material berkualitas tinggi sering kali memerlukan investasi awal yang lebih besar. Ini menjadi tantangan, terutama bagi perusahaan kecil yang memiliki anggaran terbatas.
  2. Kurangnya Kesadaran dan Pelatihan:
    Banyak tenaga kerja di sektor konstruksi yang belum memahami pentingnya ESG dan bagaimana mengimplementasikannya di lapangan. Perusahaan perlu berinvestasi dalam pelatihan dan edukasi untuk memastikan seluruh tenaga kerja memahami prinsip-prinsip ESG.

Penerapan ESG framework dalam proyek infrastruktur di Indonesia adalah langkah penting untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang. Dengan mengelola scope 3 emissions secara efektif dan menggunakan material yang ramah lingkungan, perusahaan dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Meskipun ada tantangan dalam implementasi ESG, dengan komitmen yang kuat dan kolaborasi lintas sektor, masa depan pengadaan berkelanjutan di Indonesia dapat terwujud dengan baik.

Baca Juga: Strategi Manajemen Risiko | Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur

Bagikan sekarang