Harga Flat dan Long Product Besi di Pasar International
Meski sama-sama berada dalam industri besi, nyatanya harga long product dan harga flat product bisa jauh berbeda. Melihat situasi industri besi pada kuartal pertama tahun ini, berikut ini pemaparan kami mengenai kondisi pasar dan prediksi harga saat ini.
Prediksi Harga pada Flat Product
Industri besi sedang dikejutkan dengan runtuhnya tailing dam di tambang bijih besi Vale, Córrego de Feijão, yang terletak di Brazil tanggal 26 Januari 2019 kemarin. Keruntuhan sebanyak 10 tailing dam ini dikabarkan berlanjut pada dinonaktifkannya bendungan-bendungan ini selama tiga tahun ke depan. Vale sendiri telah merespon kabar ini dan menyatakan bahwa mereka akan melakukan pengurangan produksi. Hal ini disebabkan karena produksi bahan baku pembuatan baja terpaksa dihentikan pada tambang-tambang terdampak. Pengurangan ini dikabarkan akan mencapai sekitar 40 juta ton bijih besi per tahun, jika dibandingkan dengan perkiraan produksi Vale di tahun 2018 sebanyak 390 juta ton.
Dampak dari insiden ini langsung terlihat pada pasar-pasar besi internasional karena para pembuat baja tidak memiliki pilihan lain selain menaikkan harga pasar. Harga-harga yang terus turun di minggu-minggu awal Tahun Baru, kini tampak mengalami kenaikan—terutama untuk berbagai produk bijih besi—sekitar 10-15% di sejumlah pasar di seluruh dunia.
Di Cina contohnya, harga bahan baku yang relatif tinggi mengakibatkan naiknya harga hot-rolled coil (HRC) menjadi sekitar ¥RMB20/ton. Harga ekspor pun juga naik tipis sekitar $USD2-5/ton dengan rata-rata dibawah $USD500/ton fob (free on board). Yah, dapat dipahami, pasar Cina memang sedang tidak begitu ramai dikarenakan perayaan tahun baru imlek di awal Februari ini. Hampir sama dengan pasar Cina, di pasar AS harga HRC juga naik sebesar $USD2-5/ton dengan rata-rata $USD740/ton fob. Berbeda dengan pasar Eropa yang justru mengalami penurunan harga sebesar €10/ton dengan rata-rata €490/ton fob atau sebesar $USD560/ton fob. Kenaikan yang tidak begitu banyak ini diperkiran karena persediaan yang masih melimpah dan masih mudah diperoleh di pasaran.
Baca juga: Prediksi Harga Besi 2024: Industri Konstruksi Wajib Tau!
Prediksi Harga pada Long Product
Jika harga pada flat product cenderung mengalami kenaikan meski tidak banyak, harga-harga pada long product adalah sebaliknya. Sepinya kegiatan pada pasar-pasar konstruksi di negara-negara beriklim dingin seperti Rusia, Ukraina, Belarus, dan lainnya ternyata memengaruhi harga-harga di pasar long product. Kencenderungan produsen Commonwealth of Independent States (CIS) untuk menawarkan harga murah ke pasar Asia Tenggara di kuartal pertama membuat pesaing lainnya seperti Cina dan Turki semakin khawatir. Pasalnya, sekitar 100.000 ton besi beton bertulang (rebar) Ukraina telah dijual ke Singapura dengan harga sekitar $USD460U/ton CFR (cost and freight). Menjadikan CIS sebagai pemasok termurah di area Asia Tenggara dibanding pemasok Cina dan Turki dengan perbedaan harga sebesar $USD15/ton.
Produsen CIS sendiri telah mengubah margin mereka ke level yang sangat rendah untuk menarik permintaan pasar meski itu berarti mereka cenderung mendapat keuntungan yang minim. Meski begitu, Ukraina dan Rusia diprediksi akan mendapat permintaan yang lebih kuat pada pasar konstruksi di kuartal-kuartal mendatang, meski permintaan pada crude steel belum dapat diprediksi. Dengan naiknya permintaan pada kuartal kedua, diharapkan harga billet dan rebar dapat menguat pula, sehingga bisa mengembalikan margin kedua produk tersebut ke level yang lebih layak.
Bagaimana menurut Anda?
Terus ikuti blog SMS Perkasa untuk mendapatkan informasi seputar analisa pasar dan prediksi harga besi baja. Kenali kami lebih jauh dengan mengakses toko besi kami atau cek katalog lengkap mengenai produk besi untuk kebutuhan besi baja Anda. Tim sales kami akan selalu siap melayani Anda!
Baca Juga: Perbandingan antara Plat Besi Hitam dan Plat Besi Galvanis